spot_img
spot_img

Program Bangga Kencana 2025 Sambangi Madiun, Upaya Pencegahan Stunting di Madiun.

Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja, sebuah program untuk upaya memperkuat program kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga (Bangga Kencana) digelar di Jawa Timur tepatnya di kota Madiun oleh Komisi IX DPR RI bersama Kementerian Kependudukan dan Bangga Kencana (Kemendukbangga).

Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja menggelar fasilitasi teknis di Gedung Karya Praja pada Sabtu 23 Agustus 2025 di kota Madiun.

Acara Fasilitasi Teknis Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja di Provinsi Jawa Timur menghadirkan tiga narasumber utama Sam’ani Kurniawan, S.KM., M.KM (Tenaga Ahli Anggota DPR RI M. Yahya Zaini, SH), Sukamto, SE., M.Si (Ketua Tim Pengembangan Kompetensi SDM Perwakilan Kemendukbangga Jawa Timur), dan Muchaiyan, S.KM (Kabid Pengendalian Penduduk, KB, dan Keluarga Sejahtera Dinas Kesehatan, P2KB Kota Madiun).

Bangga Kencana

Dalam pemberian materinya, Sam’ani Kurniawan, S.KM., M.KM menjelaskan bahwa lembaga yang dulu dikenal sebagai BKKBN kini telah ditingkatkan menjadi kementerian. Dengan perubahan status tersebut, diharapkan program pemerintah bisa lebih dekat dan menyasar langsung masyarakat.

“Kegiatan ini bertujuan mensosialisasikan program agar sampai ke semua lapisan masyarakat. Tanpa dukungan dan peran serta warga, tidak ada satu pun program yang akan berjalan optimal”, ujar Sam’ani Kurniawan, S.KM., M.KM, di Gedung Karya Praja, Madiun, Sabtu (23/8/2025).

Ditekankan oleh Sam’ani Kurniawan, S.KM., M.KM tentang pentingnya program Bangga Kencana dalam membentuk keluarga berencana dan mempersiapkan generasi emas 2045. Salah satunya melalui pencegahan stunting, yang masih menjadi tantangan nasional.

Bangga Kencana

“Dari 100 anak, sekitar 13 masih mengalami stunting. Kami berharap para peserta di Madiun bisa memahami pola pencegahan dan pengobatannya, lalu menyebarkan pengetahuan ini ke lingkungan masing-masing”, tegas Sam’ani Kurniawan, S.KM., M.KM

Sementara itu, Sukamto, SE., M.Si mengungkapkan bahwa angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) Jawa Timur saat ini berada di angka 1,97, lebih rendah dibanding rata-rata nasional. Hal ini menunjukkan kesadaran ber-KB semakin baik. Namun, tantangan baru muncul dari pola kehidupan keluarga modern.

“Permasalahan gawai (HP) kini banyak memengaruhi keluarga, terutama remaja. Ada risiko judi online, pinjaman online, hingga adiksi penggunaan media digital. Ini butuh pengawasan serius dari orang tua”, jelas Sukamto, SE., M.Si.

Selain itu Sukamto, SE., M.Si juga menggarisbawahi pentingnya keterlibatan ayah dalam tumbuh kembang anak melalui program Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI). “Selama ini pengasuhan anak lebih banyak dibebankan ke ibu. Padahal ayah juga harus hadir dan terlibat”, ujarnya.

Pada kesempatan yang sama Sukamto, SE., M.Si menjelaskan tentang KB pria, yang terdiri dari kondom dan vasektomi. Meski belum banyak diminati, ia menegaskan bahwa vasektomi aman dan dapat menjadi pilihan bagi pria berusia di atas 35 tahun dengan anak minimal dua orang.

Sedangkan Muchaiyan, S.KM menambahkan bahwa tren pernikahan dini di Jawa Timur mulai menurun, termasuk di Kabupaten Mojokerto. Namun faktor ekonomi, pendidikan, dan budaya masih menjadi pendorong kasus pernikahan usia anak.

“Anak usia 13–15 tahun belum matang secara emosi untuk menikah. Karena itu, perlu edukasi berkelanjutan bahwa ‘dua anak cukup, dua anak lebih baik’”, jelas Muchaiyan, S.KM.

Himbaun juga disampaikan oleh Muchaiyan, S.KM, agar masyarakat yang sudah memiliki dua anak dan berusia di atas 35 tahun agar memanfaatkan layanan KB metode operasi wanita (MOW) maupun pria (MOP/vasektomi) yang tersedia secara gratis.

Acara fasilitasi teknis ini menjadi momentum penting untuk mengingatkan kembali peran keluarga sebagai pondasi pembangunan bangsa. Pencegahan stunting, pengendalian kelahiran, serta keterlibatan orang tua dalam pengasuhan anak dinilai krusial untuk mencetak generasi sehat dan produktif.

“Jika masalah kesehatan keluarga, stunting, dan pernikahan dini bisa ditekan, maka cita-cita Indonesia Emas 2045 bukan sekadar mimpi”, pungkas Sam’ani Kurniawan, S.KM., M.KM.

 

GoogleNews

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img