Asia Disaster Management and Civil Protection Expo & Conference (ADEXCO) yang ketiga secara resmi dibuka 11 September 2024 di Jakarta International Expo Kemayoran, bersamaan dengan Indonesia Energy & Engineering (IEE) Series 2024 – Engineering Week.
Acara Asia Disaster Management and Civil Protection Expo & Conference ini mengusung tema “Advancing Resilience Sustainability” dan juga menandai peluncuran Global Forum for Sustainable Resilience (GFSR) kedua, hasil kerjasama antara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan program SIAP SIAGA.
Seremoni pembukaan Asia Disaster Management and Civil Protection Expo & Conference dibuka oleh Lia Indriasari, Country Manager Pamerindo Indonesia, dan Letjen TNI Suharyanto, Kepala BNPB. Hadir dalam acara ini adalah Sakiasi Ditoka, Menteri Pembangunan Pedesaan Kelautan dan Penanggulangan Bencana Republik Fiji; Eric Yap, Commissioner of the Singapore Civil Defence Force; Andi Rizaldi, Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri Kementerian Perindustrian RI serta Dr. Nelly Florida Riama, Deputi Geofisika BMKG.
Pada kesempatan Asia Disaster Management and Civil Protection Expo & Conference tersebut, Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri RI; Kamal Kishore, Head of United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNDRR); dan Ekkaphab Phanthavong, Deputi Sekjen ASEAN, juga menyampaikan paparan penting melalui tayangan video.
Acara pembukaan diwarnai dengan gemuruh kentongan yang melambangkan kesiapsiagaan bencana, menegaskan tujuan GFSR sebagai platform untuk memperkuat pemahaman dan aksi menuju pembangunan berketahanan berkelanjutan. Forum ini bertujuan untuk mendorong kolaborasi, inovasi, dan dialog kebijakan dalam meningkatkan kesiapsiagaan bencana dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan.
GFSR mengusung tema “Menavigasi Ketakpastian: Memajukan Ketahanan Berkelanjutan di Tengah Perubahan Dunia” dan akan menyajikan berbagai sesi diskusi mengenai solusi untuk perubahan iklim, kebencanaan, dan pembangunan berkelanjutan. Letjen TNI Suharyanto menekankan perlunya mitigasi risiko dan kesiapsiagaan bencana.
Retno Marsudi menegaskan pentingnya kerjasama internasional dan pemanfaatan teknologi dalam pengurangan risiko bencana. Kamal Kishore dari UNDRR juga menekankan pentingnya tindakan praktis dan kemitraan global dalam menghadapi dampak bencana. Eric Yap menggarisbawahi perlunya partisipasi aktif dari komunitas dalam membangun ketahanan, sementara Sakiasi Ditoka menyoroti perlunya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan.
Selama empat hari ADEXCO dan dua hari GFSR, akan digelar berbagai sesi diskusi mengenai resiliensi keberlanjutan, termasuk refleksi dari tsunami Samudra Hindia 2004, integrasi risiko sistemik, implementasi kesepakatan global, serta kemajuan teknologi konstruksi. (kim)