Sosialisasi KIE Bangga Kencana atau Sosialisasi dan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Program Bangga Kencana bersama mitra kerja adalah program yang menjadi fokus Pemerintah melalui BKKBN yang digelar sebagai upaya percepatan penurunan angka stunting.
Sosialisasi KIE Bangga Kencana kali ini digelar di GMAHK Pioneer Tetey, Kecamatan Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, pada Kamis, 19 Juni 2025 yang lalu.
Kegiatan Sosialisasi KIE Bangga Kencana ini menghadirkan tiga narasumber utama yang mewakili legislatif, pemerintah pusat, dan daerah, yakni Felly Estelita Runtuwene, S.E. (Ketua Komisi IX DPR RI), Drs. Sukaryo Teguh Santoso, M.Pd selaku Deputi Bidang Penggerakan dan Peran Serta Masyarakat Kemendukbangga/BKKBN Pusat, dan dr. Jeanny Yola Winokan, MAP selaku Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Utara.
Felly Estelita Runtuwene, S.E. salah satu narasumber di Sosialisasi KIE Bangga Kencana ini mengatakan bahwa stunting masih menjadi tantangan besar bagi Indonesia. Ia menyoroti peningkatan angka stunting di Minahasa Utara dari 10 persen menjadi 18 persen sebagai alarm serius yang membutuhkan sinergi lintas sektor.
“Ini bukan hanya tugas satu kementerian atau lembaga. Penurunan stunting memerlukan peran bersama dari masyarakat, tokoh agama, hingga seluruh lapisan pemerintahan”, ujarnya saat memberikan materi di Sosialisasi KIE Bangga Kencana.
Menurut Felly Estelita Runtuwene, S.E, program seperti pemberian bantuan makanan bergizi bagi keluarga berisiko stunting menjadi bukti nyata komitmen pemerintah, bukan sekadar wacana. Ia mengajak masyarakat untuk turut aktif dalam upaya penanggulangan stunting demi masa depan generasi sehat dan keluarga yang sejahtera.
Senada dengan hal tersebut, Drs. Sukaryo Teguh Santoso, M.Pd menekankan peran penting PKB/PLKB dan IPeKB dalam mendampingi keluarga sejak perencanaan kehamilan hingga pemantauan tumbuh kembang balita.
“Pendampingan intensif dari penyuluh KB sangat krusial, terutama di daerah terpencil. Mereka adalah ujung tombak perubahan perilaku dan edukasi keluarga tentang gizi dan pola hidup sehat”, ucapnya.
Drs. Sukaryo Teguh Santoso, M.Pd juga mengingatkan bahwa Provinsi Sulawesi Utara masih menghadapi tantangan serius dalam hal stunting, sehingga program seperti Genting (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting) sangat relevan sebagai bentuk gotong royong dan solidaritas sosial.
Sedangkan, dr. Jeanny Yola Winokan, MAP menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam mendukung program Bangga Kencana dan percepatan penurunan stunting. Ia menyebutkan bahwa intervensi langsung ke lapangan menjadi kunci keberhasilan program.
“Kami ingin memastikan bahwa kebijakan yang dibuat tidak hanya berhenti di atas kertas, tapi benar-benar menyentuh keluarga yang membutuhkan”, tutupnya.
Program Bangga Kencana sendiri mengintegrasikan pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana, sebagai fondasi penguatan kualitas sumber daya manusia. Dalam konteks stunting, program ini menjadi instrumen penting untuk menyentuh akar persoalan di tingkat keluarga, mulai dari edukasi, perencanaan keluarga, hingga penguatan intervensi gizi.
Dengan kolaborasi kuat antara legislatif, eksekutif, serta peran aktif masyarakat dan mitra kerja, diharapkan target nasional penurunan stunting dapat dicapai secara berkelanjutan. Sosialisasi seperti ini pun menjadi bagian penting dalam membangun kesadaran kolektif bahwa masa depan bangsa sangat ditentukan oleh kualitas generasi sejak dini. (EH)