Pencegahan stunting dan Upaya peningkatan kesehatan keluarga kembali digaungkan dalam kegiatan Sosialisasi dan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Program Bangga Kencana bersama mitra kerja di Desa Cipta Mulya, Kecamatan Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara, Kamis 21 Agustus 2025
Kegiatan Sosialisasi Program Bangga Kencana dalam upaya Pencegahan Stunting ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Hj. Eko Kurnia Ninggsih, Anggota Komisi IX DPR RI, Nesianto, S.E., M.M, selaku Sekretaris Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu, serta Siti Zuraida, S.IP, Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Bengkulu Utara.
Dalam paparannya, Hj. Eko Kurnia Ninggsih menekankan bahwa Bangga Kencana bukan hanya melanjutkan program Keluarga Berencana (KB), tetapi juga berfokus pada pembangunan keluarga sehat. “Program ini penting untuk sosialisasi kesehatan keluarga, terutama pencegahan stunting sejak dini. Masyarakat harus tahu bagaimana menjaga kesehatan anak sejak masa kehamilan,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Nesianto, S.E., M.M., menurutnya persiapan menuju Indonesia Emas 2045 tidak hanya soal pendidikan, tetapi juga kesehatan generasi muda. “Stunting harus dicegah sejak 1000 hari pertama kehidupan. Remaja juga harus dipersiapkan menjadi generasi sehat, cerdas, dan mampu bersaing”, jelasnya.
Ditambahkan oleh Nesianto, S.E., M.M., bahwa program BKKBN mencakup seluruh siklus hidup: balita, anak, remaja, hingga lansia. Pencegahan pernikahan dini, pemeriksaan kesehatan calon pengantin, pemberian ASI eksklusif enam bulan pertama, hingga kecukupan gizi melalui MPASI menjadi fokus penting. “Stunting atau tidaknya anak ditentukan sejak masa 1000 HPK,” kata Nesianto.
Sementara itu, Siti Zuraida, S.IP, menyoroti pentingnya peran ayah dalam pengasuhan. Melalui program Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), para ayah diajak aktif dalam pengasuhan anak, mulai dari antar-jemput sekolah hingga mendampingi tumbuh kembang. “Kekurangan kasih sayang ayah bisa berdampak panjang pada perkembangan anak”, ungkapnya.
Selain itu, Siti Zuraida, S.IP., menjelaskan peran Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang terdiri dari tiga orang di setiap desa. TPK menjadi garda terdepan dalam mendampingi ibu hamil, ibu menyusui, calon pengantin, hingga balita berisiko stunting. “Setelah anak berusia dua tahun, risiko stunting sulit diperbaiki, sehingga intervensi pada 1000 HPK sangat penting,” tambahnya.
Pada kesempatan tersebut Siti Zuraida, S.I.P., juga menyinggung program kesehatan remaja, salah satunya pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri untuk mencegah anemia akibat siklus menstruasi. “Anemia bisa berdampak pada generasi berikutnya. Karena itu, edukasi gizi remaja menjadi bagian penting dalam pencegahan stunting”, jelasnya.
Selain itu, forum Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dari tingkat desa hingga provinsi terus digelar untuk memantau permasalahan lapangan dan mencari solusi bersama.
Kegiatan sosialisasi ini menjadi wadah strategis untuk memperkuat pemahaman masyarakat tentang pentingnya kesehatan keluarga, peran orang tua, serta pendampingan generasi muda. Dengan sinergi pemerintah, BKKBN, DPR RI, dan masyarakat, diharapkan Bengkulu Utara mampu menurunkan angka stunting sekaligus menyiapkan generasi sehat menuju Indonesia Emas 2045.