Algoritma lembaga survey hadir dengan hasil survey pertama mereka nuncul nama nama tokoh politikus Indonesia yang akan betarung di pilpers 2024.
Direktur Eksekutif Lembaga Riset dan Konsultansi Politik Algoritma Aditya Perdana menyampaikan bahwa peluang munculnya figur-figur capres-cawapres alternative masih terbuka.
“Gap dengan nama-nama di urutan bawahnya cukup besar, namun bukan jaminan angka ini tidak berubah, terlebih jika para kompetitornya bisa melihat peluang kebutuhan publik terkait capres untuk Pilpres 2024,” terang Aditya Direktur Eksekutif Lembaga Riset dan Konsultansi Politik Algoritma dalam keterangannya, Minggu (21/8/2022).
Aditya menuturkan bahwa ada fenomena munculnya pesimisme publik bahwa nama capres-cawapres akan terbatas pada beberapa tokoh yang memuncaki urutan tiga besar pada berbagai survei yang diterima Algoritma.
Namun survei yang dilakukan Algoritma menunjukkan masih besar peluang untuk munculnya nama-nama capres alternative.
“Masih ada gap antara pilihan politik masyarakat yang terekam dalam berbagai survei dengan persepsi dari publik terhadap kemampuan beberapa nama yang sudah beredar terkait kemampuannya menyelesaikan beberapa masalah utama yang dihadapi bangsa ini,” tutur Aditya
Sekalipun beberapa nama memuncaki tiga besar dalam berbagai survei, sebenarnya yang memilih pun masih ada ganjalan keraguan akan figur yang dipilihnya.
“Rupanya bahkan mayoritas responden yang dalam survei memilih salah satu nama yang ada di urutan 3 besar yaitu Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto masih memiliki keraguan tokoh yang dipilihnya merupakan sosok yang tepat dalam empat hal yang kami jadikan tolok ukur yaitu; Polarisasi Masyarakat, Pemulihan Ekonomi, Pemberantasan Korupsi serta Peran Indonesia di Level Internasional,” tambah Aditya
Berdasarkan hasil survei publik kian rasional dalam menentukan pilihannya. Publik tetap sadar bahwa figur yang dipilihnya memiliki beberapa kekurangan dalam empat isu besar yang dijadikan tolok ukur.
“Fenomena temuan kami dalam survei ini kami pandang sebagai hal yang positif karena setidaknya dua hal. Pertama, rakyat Indonesia kian realistis dalam menilai kemampuandan potensi sosok yang dipilihnya. Sosok yang dipilih tidak dianggap sebagai sosok yang bisa melakukan segalanya. Yang kedua, kami melihat sangat besar peluang untuk menculnya capres alternatif karena masih ada gap yang cukup besar baik dari pemilih yang belum menentukan pilihan maupun keyakinan akan kemampuan sosok-sosok yang namanya sudah beredar,” ungkap Fajar Nursahid Direktur Riset dan Program.
Survei ditujukan terhadap 1.206 responden di seluruh Indonesia mewakili pendapat pemilih secara nasional. Margin of error diperkirakan +/- 3% pada tingkat kepercayaan 95%. Pengumpulan data dilakukan pada 23 Juli s/d 05 Agustus 2022, melalui wawancara telepon menggunakan kuesioner. (Kim)